pemuda Zahid..
Seusai pertemuan dengan seorang pemuda bernama Zahid siang tadi, Afirah terpekur dalam kamar. Matanya berkaca. Hatinya basah, bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. Pertemuan itu membuat hatinya gundah. Wajah bersih Zahid tak bisa hilang dari pelupuk matanya. Kesalehan Zahid yang terkenal semakin membuat hatinya tertanam. Inikah cinta? Sungguh sejuk terasa. Air matapun semakin deras.
Sementara itu, dalam masjid Kuffah tampak Zahid pun sedang menangis. Ia menangisi hilangnya kekhusuan shalat. Wajah Afirah selalu terbawa dalam pikirannya. Ia terus menangis sambil terus berdoa. Dan akhirnya tertidur hingga menjelang subuh.
Ketika bangun ia kaget. Sudah banyak orang yang shalat tahajjud di masjid. Ia menyesal. Biasanya ia sudah menghatamkan dua juz dalam shalatnya. Ya Ilahi, kenapa ini?
Esok hari seusai shalat dhuha, ia bertekad untuk melamar Afirah. Namun sayang, Afirah ternyata sudah dilamar lebih dahulu oleh seorang pemuda kaya. Pupus sudah harapan. Ia pun sakit hingga beberapa hari.
Berita tentang sakitnya Zahid sampai pula ditelinga Afirah. Afirah pun menulis surat untuk Zahid melalui pengawal beliau.
"Zahid, aku telah mendengar tentang sakitmu karenaku. Aku akan menawarkan dua hal yang dapat mengobati rasa sakitmu itu. Pertama aku datang ke kamarmu dan kita memadu kasih. Kedua atau engkau yang ke kamarku, nanti aku tunjukan jalannya"
Awalanya Zahid amat senang dengan datangnya surat dari Afirah. Namun rasa senang itu hilang berubah pucat ketika membaca isi surat tersebut. Ia pun menuliskan surat balasan.
"Afirah benar aku mencintaimu. Namun sakit yang kurasa bukanlah semata-mata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan Ridha Allah Azza Wa Jalla bukan murkaNya. Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, Inni akhaafu in ashaitu rabbi adzaaba yaumin 'adzim ( sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-Ku) Az-Zumar:13
Jika kita bertaqwa kepada Allah, niscaya ia akan memberi jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan kini kecuali menangis pada-Nya. Aku yakin akan firmannya "wanita yang baik adalah untuk pria yang baik, dan pria yang baik untuk wanita yang baik pula"
Sesudah membaca surat dari Zahid ini Afirah menangis sejadi-jadinya. Memohon ampun hingga subuh tiba. Ia sadar atas dosa yang telah dilakukannya. Zahid telah membuka mata hatinya hingga merubah cara hidup yang glamor dan penuh kemewahan.
_co-pas dari buku diatas sajadah cinta, kang Abik_
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home